“Pada Pembotakan Terakhir” : Dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau
Oleh: Aprilia Susanti
Oleh: Aprilia Susanti
“Pada Pembotakan Terakhir” merupakan salah satu cerpen karya A.A. Navis. Pengarang yang lahir pada tanggal 17 November 1924 di Padang panjang, Sumatera Barat, dikenal sebagai sang Pencemooh adalah sosok yang ceplas-ceplos, mengalir apa adanya untuk membangun kesadaran setiap pribadi agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan yang hitam itu hitam dan yang putih itu putih. Pada suatu kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat utamanya dalam kehidupan tapi jika dikasih memilih, ia akan pilih jadi penguasa untuk menangkap para koruptor. Walaupun ia tahu resikonya mungkin dalam tiga bulan, ia justru akan duluan ditembak mati oleh para koruptor. Pengarang adalah sosok orang yang peduli dengan kondisi social masyarakat yang ada di sekitarnya. Sikap kepeduliannya itulah yang menginspirasi penyair untuk menulisnya ke dalam bentuk cerpen maupuan novel. Dia seorang sastrawan intelektual yang telah banyak menyampaikan pemikiranpemikiran di pentas nasional dan internasional. Dia banyak menulis berbagai hal. Walaupun karya sastralah yang paling banyak digelutinya. Karyanya sudah ratusan, mulai dari cerpen, novel, puisi, cerita anak-anak, sandiwara radio, esai mengenai masalah sosial budaya, hingga penulisan otobiografi dan biografi. Navis memulai menulis sejak tahun 1950. Hasil karyanya mendapat perhatian dari pimpinan media cetak sekitar tahun 1955 dan telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra dalam berbagai bentuk. Menulis 22 buku, ditambah lima antologi bersama sastrawan lainnya dan delapan antologi luar negeri serta 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri. Dia juga melihat Perkembangan sastra di Indonesia lagi macet. “Dulu si pengarang itu, ketika duduk di SMP dan SMA sudah menjadi pengarang. Sekarang memang banyak pengarang lahir. Dulu juga banyak, cuma penduduk waktu itu 80 juta dan sekarang 200 juta. Saya kira tak ada karya pengarang sekarang yang monumental, yang aneh memang banyak,” katanya. Perihal orang Minang, dirinya sendiri, dia mengatakan keterlaluan kalau ada yang mengatakan orang Minang itu pelit. “Yang benar, penuh perhitungan,” katanya, dia mengatakan sangat tak tepat mengatakan orang Minang itu licik. “Yang benar galia atau galir, ibarat pepatah tahimpik nak di ateh, takuruang nak di lua (terhimpit maunya di atas, terkurung maunya diluar selorohnya.
Kini, dia telah pergi. Dunia sastra Indonesia kehilangan salah seorang sastrawan besar. Penulis Robohnya Surau Kami dan menguasai berbagai kesenian seperti seni rupa dan musik, ini meninggal dunia dalam usia hampir 79 tahun, sekitar pukul 05.00, Sabtu 22 Maret 2003, di Rumah Sakit Yos Sudarso, Padang
Alur dan Pengaluran
Cerpen “Pada pembotakan Terakhir” pengarang menyajikan cerita kedalam tiga bagian. Bagian pertama terdiri atas dua sekuen, yaitu menceritakan tentang suasana batin tokoh aku yang sedang mengingat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu dan sekuen dua mengisahkan tentang tokoh aku yang memulai ceritanya.. Bagian kedua mendeskripsikan tentang tradisi pembotakan rambut tokoh aku dari bayi hingga usia tujuh tahun(sekuen 3 sampai 8). Bagian ketiga mengisahkan tentang kisah haru birunya pertemanan antara tokoh aku dan Maria serta lika-liku kehidupan Maria (sekuen 8 sampai 33). Bagian ketiga mengisahkan tentang kejadian yang sedang dialami pada saat ini (sekuen 34-36). Dimana diceritakan bahwa kejadian tersebut sudah berlangsung dua puluh lima tahun yang lalu dan ibu dari tokoh aku kini telah tiada sedangkan mak Pasah masih hidup dan beralih berdagang emas, sehingga ia sekarang kaya dan bersuami muda.
Fungsi Utama cerpen “Pada Pembotakan terakhir” adalah sebagai berikut.
1. Tokoh aku mengingat kejadian yang pernah dialaminya dulu.
2. Tokoh aku mengalami pembotakan dari bayi hingga usia tujuh tahun pada setiap tahunnya.
3. Pada pembotakan yang terakhir tidak ada perayaan dan upacara, yang hadir pun cuma kakek Montok, tokoh aku, dan Maria.
4. Pada pembotakan terakhir itulah awal kisah pertemanan tokoh aku dan Maria
5. Terjadilah penyiksaan pada diri Maria, karena Maria sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan tokoh aku.
6. Tokoh aku bermimpi buruk tentang Maria dan apa yang diimpikannya benar-benar menjadi kenyataan.
7. Meninggalnya Maria akibat penyiksaan dari mak Pasah, enteknya dan tokoh menderita sakit akibat selalu memikirkan Maria.
8. Cerita tokoh aku tentang masa lalunya telah usai.
9. Ibu dari tokoh aku kini telah tiada, sedangkan mak Pasah masih hidup dan beralih berdagang emas, sehingga hidupnya kaya-raya dan bersuami muda.
Pada cerpen ini telah dideskripsikan tentang tokoh aku yang sedang mengingat kejadian masa silam, yaitu kejadian dua puluh lima tahun yang lalu. Dimana dia selalu mendapatkan hadiah pembotakan kepala mulai dari bayi hingga usia tujuh tahun. Pada acara pembotakan rambut selalu dirayakan secara besar-besaran. Tetapi pada pembotakan yang terakhir, tepatnya pembotakan yang ke tujuh, tidak ada pesta yang di gelar, karena nenek tokoh aku sang promoter segala upacara telah meninggal empat belas hari sebelum acara pembotakan yang terakhir. Sehingga yang datang pada acara pembotakan terakhir tersebut kakek Montok sang pencukur, Maria, dan tokoh aku. Disinilah awal pertemanan antara tokoh aku dan Maria dimulai, tetapi mereka jarang sekali bercakap-cakap meskipun Maria hampir setiap hari menjajakan kuenya di rumah tokoh aku. Tetapi pada suatu waktu mereka juga menghabiska waktu berdua untuk bermain, tetapi sepulangnya Maria bermain dengan tokoh aku, Maria dianiaya oleh mak Pasah, enteknya. Sehingga ibu tokoh aku melarangnya bermain dengan Maria. Dan pada acar pembotakannya yang terakhir Maria datang dengan kondisi yang sama seperti dalam mimpi tokoh aku. Setelah acara pembotakan selesai, tokoh aku diajak ayahnya berkunjung di tempat saudaranya, di rumahnya pak cik. Sepulangnya dari rumah kerabatnya tersebut, tokoh aku tidak menjumpai lagi Maria, karena Maria telah tiada dan kini dalam menjajakan digantikan Ina, tetapi tidak selaku Maria dalam menjajakan kue, karena orang membelinya lantaran kasihan sama Maria. Tokoh aku meyakini bahwa kematian Maria disebabkan oleh siksaan mak Pasah. Tokoh aku menyadari bahwa dialah yang sebenarnya memberikan jalan kepada hantu untuk membunuh Maria, lalu tiba-tiba tokoh aku sakit, selama menderita sakit itu yang selalu menjadi buah mulut dalam igauannya adalah Maria. Cerita tersebut telah terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, sekarang ibu dari tokoh aku telah tiada, tetapi mak Pasah masih hidup dengan beralih berdagang emas. Sehainnga ia kaya dan bersuami muda.
Tokoh
Cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” dapat dijumpai tokoh aku sebagai tokoh utama yang mempunyai kisah unik di masa lalunya, dimana si tokoh aku harus dibotaki kepalanya pada saat satu tahun sekali dan kejadian itu berulang hingga ia berusia tujuh tahun. “Ibu selalu suka membotaki kepalaku licin-licin. Semenjak aku masih bayi, setiap umurku bertambah setahun, aku mendapat hadiah kepala botak’. Terdapat juga tokoh Maria yang menjadi sahabat dari tokoh aku dan keseharian Maria adalah menjajakan kue dari rumah ke rumah. Dia juga sering mendapat perlakuan kasar dari enteknya, yaitu mak Pasah setelah diketahui bahwa ia sedang bermain. “Tiba-tiba saja rok Maria terpampang di mataku. Aku jadi kecut melihat ke wajahnya, kalau-kalau wajah Maria sama benar dengan wajahnya dalam mimpiku semalam’. Pada kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam cerpen Pada Pembotakan terakhir” dijumpai pula tokoh Maria yang mempunyai hubungan persahatan dengan tokoh aku. Selain itu dijumpai pula tokoh Ibu dari tokoh aku yang penyanyang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Kuceritakan pada ibuapa yang aku liaht di dapur Mak Pasah. Ibu tak berkata apa-apa. Dia raih aku ke dadanya dan diusapnya kepalaku. Kemudian kudengar ibu berbisik:”Oo, Tuhan, jangan Kau jadikan anakku anak yatim. Panjangkanlah umurnya”. Terdapat juga tokoh kakek Montok yang mencukur rambut tokoh aku pada pembotakannya yang terakhir, hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut.”Kakek Montok, si Tukang cukur telah mulai bekerja”. Terdapat juga tokoh mak Pasah yang menjadi entek dari tokoh Maria yang sangat ejam pada Maria, hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ”Dari rumah kami sellu saja, bahkan hampir setiap hari, bisa didengar pekikan Maria. Tahu makian mak Pasah yang tak alang-kepalang seramnya. Kecut aku mendengarnay. Tapi aku erasa pilu mendengar Maria minta ampun. “terdapat juga tokoh ayah dari tokoh aku, terdapat dalam kutipan “Sedang esok harinya , pagi-pagi benar, aku dibawa ayah ke rumah pak cik di kota kelahiran ayah”. Ada pula tokoh pak cik yang merupakan saudara dari tokog ayah yang akan dikunjungi rumahnya oleh tokoh ayah dan tokoh aku. Terdapat pula tokoh nenek dari tokoh aku sebagai promotor segala upacara pembotakannya dari yang pertama hingga yang keenam.
Alur dan Pengaluran
Cerpen “Pada pembotakan Terakhir” pengarang menyajikan cerita kedalam tiga bagian. Bagian pertama terdiri atas dua sekuen, yaitu menceritakan tentang suasana batin tokoh aku yang sedang mengingat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu dan sekuen dua mengisahkan tentang tokoh aku yang memulai ceritanya.. Bagian kedua mendeskripsikan tentang tradisi pembotakan rambut tokoh aku dari bayi hingga usia tujuh tahun(sekuen 3 sampai 8). Bagian ketiga mengisahkan tentang kisah haru birunya pertemanan antara tokoh aku dan Maria serta lika-liku kehidupan Maria (sekuen 8 sampai 33). Bagian ketiga mengisahkan tentang kejadian yang sedang dialami pada saat ini (sekuen 34-36). Dimana diceritakan bahwa kejadian tersebut sudah berlangsung dua puluh lima tahun yang lalu dan ibu dari tokoh aku kini telah tiada sedangkan mak Pasah masih hidup dan beralih berdagang emas, sehingga ia sekarang kaya dan bersuami muda.
Fungsi Utama cerpen “Pada Pembotakan terakhir” adalah sebagai berikut.
1. Tokoh aku mengingat kejadian yang pernah dialaminya dulu.
2. Tokoh aku mengalami pembotakan dari bayi hingga usia tujuh tahun pada setiap tahunnya.
3. Pada pembotakan yang terakhir tidak ada perayaan dan upacara, yang hadir pun cuma kakek Montok, tokoh aku, dan Maria.
4. Pada pembotakan terakhir itulah awal kisah pertemanan tokoh aku dan Maria
5. Terjadilah penyiksaan pada diri Maria, karena Maria sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan tokoh aku.
6. Tokoh aku bermimpi buruk tentang Maria dan apa yang diimpikannya benar-benar menjadi kenyataan.
7. Meninggalnya Maria akibat penyiksaan dari mak Pasah, enteknya dan tokoh menderita sakit akibat selalu memikirkan Maria.
8. Cerita tokoh aku tentang masa lalunya telah usai.
9. Ibu dari tokoh aku kini telah tiada, sedangkan mak Pasah masih hidup dan beralih berdagang emas, sehingga hidupnya kaya-raya dan bersuami muda.
Pada cerpen ini telah dideskripsikan tentang tokoh aku yang sedang mengingat kejadian masa silam, yaitu kejadian dua puluh lima tahun yang lalu. Dimana dia selalu mendapatkan hadiah pembotakan kepala mulai dari bayi hingga usia tujuh tahun. Pada acara pembotakan rambut selalu dirayakan secara besar-besaran. Tetapi pada pembotakan yang terakhir, tepatnya pembotakan yang ke tujuh, tidak ada pesta yang di gelar, karena nenek tokoh aku sang promoter segala upacara telah meninggal empat belas hari sebelum acara pembotakan yang terakhir. Sehingga yang datang pada acara pembotakan terakhir tersebut kakek Montok sang pencukur, Maria, dan tokoh aku. Disinilah awal pertemanan antara tokoh aku dan Maria dimulai, tetapi mereka jarang sekali bercakap-cakap meskipun Maria hampir setiap hari menjajakan kuenya di rumah tokoh aku. Tetapi pada suatu waktu mereka juga menghabiska waktu berdua untuk bermain, tetapi sepulangnya Maria bermain dengan tokoh aku, Maria dianiaya oleh mak Pasah, enteknya. Sehingga ibu tokoh aku melarangnya bermain dengan Maria. Dan pada acar pembotakannya yang terakhir Maria datang dengan kondisi yang sama seperti dalam mimpi tokoh aku. Setelah acara pembotakan selesai, tokoh aku diajak ayahnya berkunjung di tempat saudaranya, di rumahnya pak cik. Sepulangnya dari rumah kerabatnya tersebut, tokoh aku tidak menjumpai lagi Maria, karena Maria telah tiada dan kini dalam menjajakan digantikan Ina, tetapi tidak selaku Maria dalam menjajakan kue, karena orang membelinya lantaran kasihan sama Maria. Tokoh aku meyakini bahwa kematian Maria disebabkan oleh siksaan mak Pasah. Tokoh aku menyadari bahwa dialah yang sebenarnya memberikan jalan kepada hantu untuk membunuh Maria, lalu tiba-tiba tokoh aku sakit, selama menderita sakit itu yang selalu menjadi buah mulut dalam igauannya adalah Maria. Cerita tersebut telah terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, sekarang ibu dari tokoh aku telah tiada, tetapi mak Pasah masih hidup dengan beralih berdagang emas. Sehainnga ia kaya dan bersuami muda.
Tokoh
Cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” dapat dijumpai tokoh aku sebagai tokoh utama yang mempunyai kisah unik di masa lalunya, dimana si tokoh aku harus dibotaki kepalanya pada saat satu tahun sekali dan kejadian itu berulang hingga ia berusia tujuh tahun. “Ibu selalu suka membotaki kepalaku licin-licin. Semenjak aku masih bayi, setiap umurku bertambah setahun, aku mendapat hadiah kepala botak’. Terdapat juga tokoh Maria yang menjadi sahabat dari tokoh aku dan keseharian Maria adalah menjajakan kue dari rumah ke rumah. Dia juga sering mendapat perlakuan kasar dari enteknya, yaitu mak Pasah setelah diketahui bahwa ia sedang bermain. “Tiba-tiba saja rok Maria terpampang di mataku. Aku jadi kecut melihat ke wajahnya, kalau-kalau wajah Maria sama benar dengan wajahnya dalam mimpiku semalam’. Pada kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam cerpen Pada Pembotakan terakhir” dijumpai pula tokoh Maria yang mempunyai hubungan persahatan dengan tokoh aku. Selain itu dijumpai pula tokoh Ibu dari tokoh aku yang penyanyang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Kuceritakan pada ibuapa yang aku liaht di dapur Mak Pasah. Ibu tak berkata apa-apa. Dia raih aku ke dadanya dan diusapnya kepalaku. Kemudian kudengar ibu berbisik:”Oo, Tuhan, jangan Kau jadikan anakku anak yatim. Panjangkanlah umurnya”. Terdapat juga tokoh kakek Montok yang mencukur rambut tokoh aku pada pembotakannya yang terakhir, hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut.”Kakek Montok, si Tukang cukur telah mulai bekerja”. Terdapat juga tokoh mak Pasah yang menjadi entek dari tokoh Maria yang sangat ejam pada Maria, hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ”Dari rumah kami sellu saja, bahkan hampir setiap hari, bisa didengar pekikan Maria. Tahu makian mak Pasah yang tak alang-kepalang seramnya. Kecut aku mendengarnay. Tapi aku erasa pilu mendengar Maria minta ampun. “terdapat juga tokoh ayah dari tokoh aku, terdapat dalam kutipan “Sedang esok harinya , pagi-pagi benar, aku dibawa ayah ke rumah pak cik di kota kelahiran ayah”. Ada pula tokoh pak cik yang merupakan saudara dari tokog ayah yang akan dikunjungi rumahnya oleh tokoh ayah dan tokoh aku. Terdapat pula tokoh nenek dari tokoh aku sebagai promotor segala upacara pembotakannya dari yang pertama hingga yang keenam.
Latar
Dalam cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” latar yang ditampilkan adalah rumah yang dijadikan tempat untuk perayaan pembotakan tokoh aku. Selain itu juga digambarkan sekelumit tentang lingkungan tempat tinggal tokoh-tokohnya, yaitu tempat tinggal antara tokoh aku dan tokoh Maria.
“Rumah Maria terletak dibelakang rumahku. Jadi rumah kami berbekang-belakangan. Dan sebuah selokan besar, tempat segala sampah dilemparkan dan dihanyutkan air bila hujan lebat, membatasi halamn rumah kami. Lebar selokan itu sekitar tiga meter. Tapi dalamnya bukan main, jika dilihat dengan mata kanak-kanakku. Dan kedua belah tepinya ditumbuhi oleh aur. Karena na tak pernah orang tua kami berniat untuk membuat jembatan untuk melintasiya. Hingga untuk mendatangi rumah Maria haruslah kami jalan berbelok dahulu melintasi tidak kurang dari sepuluh rumah. Untuk anak-ankak seusiaku, jalan yang akan ditempuh itu sudah jauh rasanya. ”Latar tempat dimaksudkan untuk menumbuhkan konflik pertemanan tokoh aku dan Maria yang dibatasi bukan hanya karena jarak, tetapi kehidupan Maria yang dikekang oleh enteknya.
Selain itu juga terdapat latar waktu pagi hingga sore, dimana diceritakan aktivitas Maria menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah. Hal ini terdapat dalam kutipan “Kehidupan mak pasah membuat kue. Maria disuruh menjualnya di sepanjang jalan. Pagi Panekuk, siang bubur delima, dan sore limping. Kue Maria selalu laku, orang suka membelinya. Tak perlu ia meneriakkannya, dia datangi saja rumah orang, tentu orang akan membelinya”. Selain itu terdapat juga latar waktu malam, dimana latar waktu tersebut dimaksudkan untuk mempertegas penggambaran kisah pertemanan antara tokoh aku dan Maria yang dialami oleh tokoh aku lewat mimpinya ketika tidur pada suatu malam. Hal ini terdapat pada kutipan “Dan malamnya aku tidak bermimpi nenek, Melainkan bermimpi Maria. Adegan Maria sesenja tadi berulang lagi dalam mimpiku”.
Tema
Konflik merupakan tema dari cerpen “Pada Pembotakan Terakhir ”Tema ini dapat dijumpai dalam peristiwa dan pikiran tokoh aku. Dalam cerpen ini tedapat pertentangan paham antara orang tua dan anak-anak. Di mana orang tua tidak memberikan kebebasan pada si anak untuk menikmati masa kecilnya dengan bahagia. Si anak dituntut untuk mencari uang, seperti yang dialami oleh tokoh Maria, dimana kesehariannya ia habiskan untuk berjualan kue, ketika diketahui oleh mak Pasah bahwa Maria sedang bermain, maka dianiayalah Maria tersebut. Pada pemikiran tokoh aku juga terdapat keinginan tokoh aku untuk memberontak tindakan mak Pasah tersebut yaitu denagn cara melaporkan kepada ibunya, tetapi tokoh aku tidak berani melakukan hal itu. Penggambaran konflik tersebut berkaitan erat dengan psikologi seorang anak, dimana anak tidak diperbolehkan mendapat tekanan dan kekerasan.
Konteks Zaman
Cerpen “Pada Pembotakan Terakhir”, Merupakan hasil inspirasi pengarang atas tradisi yang ada di tanah kelahiran pengarang. Menurut Rifattere (1978) suatu karya sastra tidak diciptakan dari ruang yang kosong dan hampa. Sastra tidak berasal dari ketiadaan kemudian diciptakan oleh pengarang. Karya sastra tercipta dalam sebuah komposisi situasi yang terdapat dalam masyarakat. Masyarakat yang membuat pengarang menemukan kreatifitas, daya imajinasi, orientasi tentang orang-orang yang membaca, dan gagasan atau pandangan dunia adalah serngkaian elemen-elemen sosialyang diperoleh pengarang dan masyarakatnya. Dalam cerpen ini pengarang ingin mengangkat masalah tradisi orang Minangkabau, tetapi ada ketidaksinkronan antara cerita dalam cerpen dengan realitas yang ada dalam masyarakat Minang (Melayu). Di dalam masyarakat Melayu tidak mengenal upacara pembotakan rambut yang dilakukan pada setiap tahunnya dan mayarakat melayu mengenalnya dengan istilah akikah yang dilaksanakan pada hari ke tujuh kelahiran bayi.Kearifan adat dan budaya Minangkabau yang dilandasi denagn nilai-nilai keislaman telah menjadi ciri khas negeri ini. Maka salah satu falsafah yang dikenal dari masyarakat Minangkabau adalah adat Basandi syara ‘Syara’ Basandi kitabullah eksistensi Islam dalam kehidupan social masyarakatnya dan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam keseharian orang Minang. Melalui cerpen ini, pengarang ingin mengangkat tentang bagaimana tradisi gotong royong, silahturahmi, dan kekerabatan yang telah menjadi tradisi masyarakat Minang. Sebagaimana menurut ungkapan pepatah adat mengatakan, Hati Gajah Sama di Lapah, Hati Semut Sama di Cecah atau berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Hal ini mengandung filsafat yang bermakna yang sangat dalam sekali yang mengandung nilai-nilai asas gotong-royong, silaturrahmi, kekerabatan dan sebagainya.
Penutup
Setelah mengkaji cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” karya A.A. navis, akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.Pengaluran cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” sedikit rumit karena alurnya maju, mundur, dan maju. Dengan membaca cerpen secara kontekstual, pembaca dapat memahami bahwa cerpen tersebut menceritakan kejadianyang pernah dialami tokoh utama di masa lampau dan suasana penceritaan kembali ke masa saat ini, dimana saat tokoh utama berusaha mengingat kembali kejadian yang menimpanya di masa lampau.
Penamaan tokoh dalam cerpen”Pada Pembotakan Terakhir” terinspirasi dari latar belakang penulis, yaitu daerah Minangkabau. Dimana disebutkan tokoh mak Pasah dan pak cik yang merupakan sebutan bagi masyarakat melayu, termasuk didalamnya Minangkabau. Yang menonjol dari cerpen ini adalah adanya tradisi potong rambut yang digelar secara besar-besaran,
Daftar Urutan Sekuen Cerpen “ Pada Pembotakan Terakhir”
1. Deskripsi tentang suasana batin tokoh aku ketika berusaha mengingat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu.
2. Tokoh aku memulai cerita masa lalunya.
3. Ibu dari tokoh aku yang suka membotaki kepalanya, semenjak dia bayi dan setiap umurnya bertambah satu tahun.
4. Pembotakan pertama kali merupakan perayaan tergemilang dalam segala perayaan yang diperuntukkan baginya.
5. Lebih dari sepuluh orang yang memegang perayaan itu, tidak ada lagi kini Sudah berpulang.
6. Pada pembotakannya yang terakhir, yaitu dikala usianya tujuh tahun, sengaja tak dirayakan.
7. Penguburan Neneknya, seorang promotor segala perayaan t lima belas hari sebelumnya.
8. Pembotakan terus berlanjut, tanpa upacara dan pesta-pestaan, hanya tiga orang yang hadir yaitu aku, kakek Montok, dan Maria.
9. Maria inilah yang memberikan bahan cerita celaka ini melalui pembotakannya.
10. Tindakan tokoh aku yang jarang bergaul dengan Maria, walaupun tiga kali sehari Maria datang ke rumahnya untuk menjajakan kue.
11. Ketidak sengajaan tokoh aku bertemu dengan Maria lalu mereka mengahabiskan waktu untuk bermain bersama.
12. Kemarahan mak Pasah, enteknya Maria ketika mengetahui Maria sedang bermain dengan tokoh Aku.
13. Pelarangan Ibu tokoh aku agar tokoh aku untuk bermain dengan Maria.
14. Penyiksaan Maria oleh mak Pasah ketika dia diketahui sedang bercakap-cakap dengan tokoh aku(=sekuen 12).
15. Maria disuruh menjual kue dan tokoh aku selalu dibelikan oleh ibunya kue jualan Maria.
16. Tokoh aku menghutang kue kepada Maria ketika ibunya tidak ada di rumah.
17. Sambil menunggu ibunya datang, mereka menghabiskan waktu untuk bermain.
18. Kemarahan mak Pasah ketika mengetahui Maria sedang bermain dengan tokoh aku(=sekuen 12 dan 14).
19. Tindakan tokoh aku yang berlari menuju rumah mak Pasah untuk membayar hutang kue.
20. Tokoh aku kembali ke rumah sebelum sempat bertemu dengan mak Pasah lantaran ketakutan melihat apa yang terjadi di dapur mak pasah.
21. Tokoh aku menceritakan kepada ibunya tentang apa yang terjadi di dapur mak Pasah.
22. Peristiwa itu terjadi sebelum pembotakkannya yang terakhir dan malamnya ia berminpi buruk tentang Maria.
23. Pembotakannya yang terakhir oleh kakek Montok tepat di usia tujuh tahunnya.
24. Kedatangan Maria di acara pembotakannya yang terakhir dengan kondisi sama persis dalam mimpi tokoh aku semalam.
25. Tindakan Maria membohongi tokoh aku dan kakek Montok akan penyakityang dideritanya.
26. Kegirangan tokoh aku ketika megetahui kepalanya sudah botak dan tidak sengaja menyentuh jualannya Maria hingga tahambur di tanah.
27. Ketakutan Maria untuk pulang ke rumah mak Pasah, karena jualannya jatuh di tanah.
28. Kepergian tokoh aku dan ibunya ke rumah mak Pasah untuk mengganti dagangannya yang jatuh.
29. Ketakutan tokoh aku ketika berada di rumah mak Pasah, karena dilihatnya mak pasah bagai hantu seperti dalam mimpinya.
30. Kepergian tokoh aku mengunjungi rumah kerabatnya dan kembalinya tokoh aku dari rumah kerabatnya.
31. Kekecewaan tokoh aku, karena tidak menjumpai Maria melainkan ina yang menggntikan Maria berjualan kue.
32. Keyakinan tokoh aku bahwa kematian Maria disebabkan oleh siksaan mak Pasah.
33. Perasaan bersalah tokoh aku akibat kematian Maria dan akhirnya tokoh aku menderita sakit.
34. Diterangkan bahwa kejadian itu sudah dua puluh lima tahun berlalu.
35. Ibunya telah lama meninggal, tetapi mak Pasah masih hidup.
36. Kehidupan mak Pasah yang kaya raya dan bersuami muda, karena ia beralih berjualan emas.