Jumat, 01 Juni 2012

Analisis Puisi Jiwa Yang Tersekap


Nur Wahida Idris

Jiwa Yang tersekap

Salam bagi jiwaku
Salam bagi jiwa – jiwa yang teraniaya

Segala yang tampak dan tak sanggup kau rasakan
Datang bagai sekawanan burung  yang menyergap dalam gelap
Apa yang kau tuhankan dalam dirimu yang kalut
Apa yang mengeras  ketakutan di dindinng ketidaktahuanmu itu?

Bacalah , dengan nama tuhanmu!
Dan kitab – kitab yang  kau hempaskan ke dalam diri
Sebelum kata – kata menjadi ajal
Bagi doa – doa kepayang di urat lehermu

Bacalah!sebelum darah mereka yang kau nistakan
Menjadi anggur yang memabukkan  di altar yang damai,
Ladang dan kebun  selayang pandang  yang menyekap masa kanakmu
Bagai katak yang berjalan dalam kabut
Dan keyakinan  yang berkembang menjadi absurd!

Dalam hukum untung -  malang  yang kau tetapkan
Berlaku bagiai seorang penafsir kitab suci
Dengan tangan gemetar mengeja ayat – ayat
Yang menanjak jalan  sempitmu ke rumah tuhan
Ke rumah tuhan?dimana tuhan kau rumahkan ?

Di ladang dan kebun daun – daun yang dimakan ulat
Tuhan terusir  bersama hama dan pagi yang celaka
Sedang matahari tak memberkahi ingatan pada malam

Salam bagi  jiwamu
Bagi jiwa – jiwa yang tersekap di antara siang dan malam!

Sewon ,juni 2009



Analisis Puisi Jiwa Yang Tersekap


Salam bagi jiwaku
Salam bagi jiwa – jiwa yang teraniaya

Pada larik pertama ,saya menafsirkan bahwa penyair ingin sekedar menyapa jiwanya,karena sedang terjadi sesuatu dalam jiwa penyair tersebut  disini penyair merasa bahwa jiwanya sedang teraniaya,hal itu diperkuat dengan larik ke dua yaitu salam bagi jiwa – jiwa yang teraniaya,disini penyair ingin menyapa siapa saja yang merasa jiwanya teraniaya.Penyair ingin mengungkapkan empatinya terhadap orang -  orang yang jiwanya teraniaya.

Segala yang tampak dan tak sanggup kau rasakan
Datang bagai sekawanan burung yang menyergap dalam malam gelap
Apa yang kau tuhankan  dalam dirimu yang kalut
Yang mengeras ketakutan di dinding ketidaktahuanmu itu?

Pada larikpertama bait ke dua “segala yang tampak dan tak sanggup kau rasakan”,saya menafsirkan bahwa jika saya ada diposisi penyair,yang jiwanya sedang teraniaya,otomatis  konsentrasi kita terfokus pada apa yang kita rasakan.Sehingga segala yang tampak dan tak sanggup kau rasakan,segala yang tampak berarti segala yang bisa dilihat oleh mata  dan tak sanggup kau rasakan,tokoh kau disini  tidak sangup merasakan  .bagaimana kita bisa merasakan segala  sesuatu,jika  segala sesuatu itu sendiri kita tahu keberadaannya.Kita bisa merasakan segala sesuatu ,jika segala Sesuatu itu ada di dekat kita.Pada larik selanjutnya “datang bagai sekawanan burung yang menyergap dalam gelap”saya menafsirkan bahwa segala sesuatu itu datang bagai sekawanan burung  yang menyergap dalam malam gelap.sekawanan burung yang datang memancarkan kegembiraan , karena burung adalah makhluk yang bebas dalam menentukan arah,akan tetapi sekawanan burung itu menyergap dalam malam gelap,sehingga sekawanan burung tersebut tidak bisa melihat disekelilingnya.Pada larik “apa yang kau tuhankan dalam dirimu yang kalut”,saya menfsirkan bahwa penyair ingin memastikan pada tokoh kau ,bahwa apa yang kau tuhankan  pada dirimu yang kalut,ketika tokoh kau sedang kalut  konsep tuhan kabur dalam diri tokoh kau,dalam artian bahwa tokoh kau jauh dari tuhan .jika okoh kau dekat dengan tuhan ,jiwanya dia tidak akan merasa kalut.Ketika kita  menyebut nama tuhan saja,ada desiran ketenangan menyelimuti jiwa kita.Pada larik “yang mengeras ketakutan di dinding ketidakt ahuanmu itu?”pada larik tersebut saya menafsirkan bahwa  ketakutan dalam diri tokoh kau telah mengeras  di dinding ketidaktuan tokoh kau.ada jarak yang memisahkan pada diri tokoh kau untuk mencari tahu sesuatu yang bisa mencairkan ketakutannya itu.penyair ingin menanyakan pada tokoh kau apa yang telah dia lakukan untuk mencaritahu bagaimana cara mencairkan rasa ketakutannya itu.

Bacalah,dengan nama tuhanmu!
Dan kitab – kitab yang kau hempaskan ke dalam diri
Sebelum kata – kata menjadi ajal
Bagi doa – doa kepayang di urat lehermu

Pada larik”Bacalah, dengan nama tuhanmu!saya menafsirkan, bahwa penyair ingin sekedar mengingatkan pada tokoh kau melalui arti potongan ayat  dalam alquran,surat Al alaq (segumpal darah) .Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali turun  dan salah satu isinya yaitu perintah membaca alquran.Melalui potongan ayat tersebut penyair ingin mengingatkan pada tokoh kau bahwa  ketika kekalutan dan ketakutan menyelimuti jiwa tokoh kau ,hendaknya ia membaca alquran agar kekalutan dan ketakutan itu berganti dengan ketenangan
Karena ketika kita melantunkan ayat – ayat alquran jiwa kita merasa tenang  dan damai.Pada larik “kitab – kitab yang kau hempaskan ke dalam diri”saya menafsirkan bahwa  syair diatas masih Merupakan satu rangkaian dari nasihat penyair kepada tokoh kau,kitab yang dimaksud yaitu jika Alquran yang telah mersuk kedalam diri tokoh kau dan menjadi pedoman hidupnya,sehingga  setiap lafalnya mengandung lafadz Alquran.Misalnya ,ketika dia kaget dia membaca istigfar.Sehinga lidahnya terbiasa melafalkan kalimat – kalimat Allah.Pada larik sebelum kata – kata menjadi ajal.saya menafsirkan bahwa kata – kata yang dimaksud yaitu kata – kata yang mengandung lafadz alquran.Ini  merupakan Petuah penyair kepada tokoah kau,agar dia membiasakan diri melafalkan kata – kata tersebut selama hidupnya,sebelum kata – kata itu menjadi ajal,kita lihat fenomena saat ,ketika orang mau menghembuskan napas terakhir,ketika nyawa sudah di tenggorokan,sanak saudaranya kesusahan menuntun melafalkan lafadz – lafadz Alquran tersebut .Hal ini yang tidak diinginkan penyair pada tokoh kau.Pada larik “bagi doa – doa kepayang di urat  lehermu”,pada larik tersebut saya menafsirkan bahwa ketika ajal sudah didepan mata kita  atau nyawa sudah bertengge di leher kita ,maka sia – sialah pertaubatan kita  dan semua hanya tinggal penyesalan karena  semua kesalahan – kesalahan yang telah kita lakukan tampak jelas di depan mata .

Bacalah!sebelum darah mereka yang kau nistakan
Menjadi anggur yang memabukkan di Altar yang damai ,
Ladang dan kebun selayang pandang  yang menyekap  masa kanakmu
Bagai katak yang berjalan dalam kabut dan keyakinan yang berkembang  menjadi absurd!

Pada larik “bacalah! Sebelum darah mereka yang kau nistakan  menjadi anggur yang memabukkan di altar yang damai”saya menafsirkan bahwa penyair sekali lagi ingin mengingatkan kepada tokoh kau untuk membaca dalam hal ini membaca Alquran ,karena pada larik ke tiga menyair melalui puisi ini menyajikan arti potongan ayat dalam  Alquran .Atau dalam artian mengingat Tuhannya  dengan cara membaca kitabnya dan meresapi makna yang terkandung dalam kitab  tersebut,sehingga bisa mendorong tokoh kau untuk melakukan pertobatan
Sebelum darah mereka yang dinistakan oleh tokoh kau berubah menjadi anggur yang memabukkan di altar yang damai.disini saya menafsirkan bahwa ,mungkin semasa hidupnya tokoh  kau menyakiti  banyak orang atau tokoh kau bisa juga dikatakan sebagai lintah darat ,yang menghisap darah orang banyak,darah disini bukan dalam konsep darah sebenarnya,akan tetapi menjurus kepada perampasan hak – hak orang lain.Seorang Lintah Darat ,ia akan mengambil apa saja yang dia mau,ketika orang lain tak berdaya akibat terjerat hutang kepadanya.Dia tidak peduli apa telah dikoebankan oleh orang lain untuk mendapatkan hal tersebut meski harus dibayar oleh nyawa sekalipun.sebelum darah itu memberatkan dia dan menjadikannya dosa besar ketika ia sudah meninggal dunia dan sebelum ia sempat bertaubat.
Pada larik”Ladang dan kebun selayang pandang yang menyekap masa kanakmu  bagai katak yang berjalan dalam kabut  dan keyakinan yang berkembang menjadi absurd!”Disini saya menafsirkan bahwa penyair melalui tokoh kau mengajak melihat sekilas kembali ke masa lampau,yaitu pada masa kanak – kanak .Dimana pada masa itu kita belum diberi beban untuk menjalankan kewajiban kepada tuhan sebagai umat beragama .Tetapi kita masih berada pada tahap pembelajaran .Sehingga apa yang kita lakukan belum tercatat sebagai  dosa sebelum kita balig dan orang tua hanya sekedar mengingatkan  tentang apa yang kita lakukan .Dan orang tua  atau orang sekitar kita tidak berhak mendoktrin kita  dan menghukum kita  denga hukuman yang berat,tetapi hukuman itu dimaksudkan untuk mendidik,agar si anak tidak mengulangi kesalahan untuk yang ke dua kalinya.disini tokoh kau pada masa kecilnya kurang mendapat didikan yang ketat dari orang di sekitarnya ,sehingga dalam menjalani kehidupannya  ,dia melencengdari norma – norma yang berlaku .Tokoh Kau tidak memiliki pedoman dalam menjalani hidupnya ,sehingga segala di depannya  baik itu tenang kebaikan ataupun  keburukan tampak kabur,seperti yang digambarkan penyair melalui lirik  bagai katak yang berjalan dalamkabut.Karena kurangnya pondasi keimanan yang kuat dalam diri penyair ,sehingga keyakinan  yang ada dalam dirinya menjadi tidak masuk akal bila dikaitkan dengan ilmu agama.

Dalam hukum untung -  malang  yang kau tetapkan
Berlaku bagai seorang penafsir kitab suci
Dengan tangan gemetar mengeja – mengeja ayat – ayat
Yang menajak  jalan sempitmu ke rumah tuhan
Ke rumah tuhan ?dimana tuhan kau rumahkan ?

Pada larik hukum untung – malang  yang kau tetapkan,saya menafsirkan bahwa penyair menganggap tokoh kau ,bisa menetapkan  hukum untung – malang seseorang bisa ditetapkan oleh orang tersebut,pemikiran tokoh kau yang demikian dilandaskan karena kurangnya  pemahaman keagamaan dalam diri tokoh kau.Sehingga dia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang bakal terjadi pada dirinya baik itu untung atau malang sudah digariskan sama yang diatas,manusia hanya bisa berusaha .”Berlaku bagai seorang penafsir kitab suci “ disini saya menafsirkan bahwa  hukum untung  - malang tersebut  berlaku jika pada orang yang bisa menafsirkan kitab suci,dalam artian dalam kitab suci tersbut  bila kita mengeri apa makna yang terkandung di dalamnya dan kita bisa mengamalkannya melalui tindakan nyata yang kita wujudkan dalam kehidupan sehari – hari,mungkin keberuntungan selalu menyertai kita,atau setidaknya kita tidak pernah merasa rugi,karena kita sudah berusaha melakukan yang terbaik buat hidup ini.Sekalipun kemalangan menimpa kita,setidaknya kita bisa mengambil hikmah dari kemalangan tersebut.Karena ada hikmah tersembunyi di balik kemalangan atau musibah yang menimpa seseorang.”Dengan tangan gemetar mengeja ayat – ayat .Ayat – ayat yang dimaksud disini yaitu ayat – ayat Alquran yang berisi kalam Allah.Dimana tokoh kau dengan tangan gemetar mengeja ayat – ayat Alquran ,mungkin ini pengalaman batinnya yang pertama dalam upaya mendekatkan diri kepada tuhan ,dan ini merupakan tahap pembelajaran bagi tokoh kau dalam membaca Alquran,sehingga dalam membaca Alquran dia masih mengejanya .Ada pepatah mengatakan bahwa belajar diwktu kecil bagai mengukir diatas batu dan belajar di waktu tua bagai mengukir diatas air,artinya belajar di waktu tua akan terasa lebih sulit dan lebih cepat hilangnya.Meskipun tidak ada kata terlambat untuk belajar dari pada tidak sama sekali.Begitu juga dengan tokoh kau ,hingga tangannya gemetar dalam mengeja ayat- ayat alquran,dia merasakan desiran aneh dalam dirinya ketika menyebut kalam – kalam Allah.Ada rasa bahagia,terharu sekaligus takut karena selama hidupnya ia telah melupakanNya.Telah banyak waktu yang terbuang sia – sia hanya untuk urusan dunia semata.Padahal dia harus menyeimbangkan antara urusan dunia dan urusan akhirat.Agar hidup yang dialaninya itu balance.

Yang menajak jalan sempitmu ke rumah tuhan
Ke rumah tuhan?dimana tuhan kau rumahkan ?

Pada larik “Yang menajak jalan sempitmu ke rumah tuhan” disini saya menafsirkan bahwa  tokoh kau,ketika dia sudah mengeja ayat – ayat Alquran dia memulai merintis jalan untuk  menuju ke rumah tuhan.Disini tokoh kau sudah membuka mata ,hati dan pikirannya untuk mendekatkan diri kepada tuhan.Dan mau melangkahkan kakinya  menuju ke rumah tuhan. Rumah Tuhan yang dimaksud disini yaitu rumah ibadah  entah itu Masjid atau Mushola,dimana tercipta ladang pahala bagi siapa saja yang ikhlas masuk ke dalamnya untuk beribadah kepadaNya.Pada larik Ke Rumah tuhan?dimana tuhan kau rumahkan?
Disini saya menafsirkan bahwa ada tanda Tanya besar yang ditujukan penyair kepada tokoh kau ,saya menafsirkan ada kesangsian dalam diri penyair kepada tokoh kau,yang  telah mendekatkan diri kepada tuhan ,sehigga tokoh kau melangkahkan kakinya menuju ke rumah tuhan ,mungkin selama ini tokoh kau belum pernah masuk ke dalam rumah tuhan.Dalam larik dimana tuhan kau rumahkan ?penyair sekali lagi ingin sekali lagi meyakinkan dirinya ,apakah tokoh kau benar – benar dekat sama tuhan ,sehingga Tuhan memiliki tempat istimewa di hati tokoh kau.

Di ladang dan kebun  daun –daun yang dimakan ulat
Tuhan terusir bersama hama pagi yang celaka
Sedang matahari tak memberkahi ingatan pada malam

Pada larik “di ladang dan kebun daun –daun yang dimakan ulat”.Disini saya menafsirkan,bahwa  lading yang dimaksud adalah ladang amal dan kebun daun – daun yang dimakan ulat,bahwa amalan ibadah tokoh kau rusak akibat dia tidak bisa menjaga hatinya,sehingga hati bisa mempengaruhi jiwanya sesuai dengan judul puisi diatas yaitu jiwa yang tersekap.Karena tokoh kau merasa jiwanya tersekap,sehingga ia  dalam menjalani ibadahnya dengan separuh hati,atau tidak khusyuk dan bisa merusak pahala ibadahnya.
Salam bagi jiwamu
Salam bagi jiwa – jiwa yang tersekap diantara siang dan malam!
Penyair ingin menyapa secara tidak langsung kepada tokoh kau yang jiwanyasedang ersekap.bukan hanya tokoh kau yang jiwa nya tersekap ,tapi ada tokoh kau yang lain yang mengalami hal yang serupa,dimana jiwanya tidak tenang resah dan gelisah  disepanjang hari.seperti ada beban mental maupun spiritual yang belum terpecahkan.






                       








Tidak ada komentar:

Posting Komentar