Ferina ”Pada sebuah Pilihan” dalam perspektif Mimesis
Oleh: Aprilia Susanti
Karya sastra merupakan salah satu indicator untuk melihat potret sebuah bangsa. Sastra memang bisa menunjukkan bangsa. Pandangan ini tidaklah terlalu berlebihan sebab sebuah karya sastra sesungguhna memang lahir dari kepekaan dan perenungan yang berpijak dari realitas kehidupan. (Sori Siregar, 2006:160).
Cerita Pendek Ferina yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Sang pemimpin merupakan hasil karya Sori Siregar, seorang pengarang yang lahir di Medan, 12 november 1946. Sebagai penulis, karya sastra yang dihasilkannya antara lain, dua buah novelnya, masing-masing wanita itu adalah ibu (1978) dan telepon (1979)terpilih sebagaipemenang dalam sayembara Mengenag Roman ang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Beliau telah melahirkan 6 novel dan 9 kumpulan cerpen yang diterbitka oleh Balai Pustaka,Jakarta Pustaka Jaya,Jakarta, Penerbit Nusa Indah ende, Flores, Gramedia Pustaka utama, Jakrta dan penerbit Kompas, Jakarta.
Cerita Pendek “Ferina” mengisahkan tentang seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun ang memiliki banak talenta, seperti, menari, menyani, mengarang, berpidato, melukis, main piano, dan mengutak-atik mesin mobil ang memutuskan ingin beralih profesi dari menari menjadi seorang wartawan. Prestasi ang diperoleh ketika menjadi seorang wartawan baisa dibanggakan. Bahkan Ferina bersikeras untuk pergi meliput di Palestina, Negara ang sedang mengalami peran, tetapi kedua orang tua Ferina melarang kepergian ferina dengan alasan keselamatan dan masih banyak berita penting yang bisa ditulis tentang negeri ini misalna daerah pedalaman Kalimantan, Maluku, irian Jaa, Sulawesi, dan lain-lain. Pada akhirna Ferina pergi meliput ke daerah-daerah ang disaranjkan oleh ibuna. Tiga tahun profesi menjadi wartawan telah disandang oleh Ferina. Ia telah jatuh cinta pada profesi ini. Tiga tahun ang telah dialuina bagaikan tiga perjalanan tiga hari. Tibalah Ferina dihadapkan pada tugas menulis gosip ang sebenarna sepele, tapi ironisnya tugas inilah ang menjadi tantangan berat bagi Ferina . nagan akhirnya Ferina dapat menelesaikan tangtangan itu, aitu menulis gossip tentan hubungan kisah cinta orang besar dengan istri oarng besar lain. Pada akhirnya Ferina memutuskan mengundurkan diri menjadi wartawan.
Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan ( Ravertz.2007: 12).
Analisis cerpen “ferina” dengan pendekatan mimesis dapat di deskripsikan sebagai berikut:
Cerita Pendek Ferina yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Sang pemimpin merupakan hasil karya Sori Siregar, seorang pengarang yang lahir di Medan, 12 november 1946. Sebagai penulis, karya sastra yang dihasilkannya antara lain, dua buah novelnya, masing-masing wanita itu adalah ibu (1978) dan telepon (1979)terpilih sebagaipemenang dalam sayembara Mengenag Roman ang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Beliau telah melahirkan 6 novel dan 9 kumpulan cerpen yang diterbitka oleh Balai Pustaka,Jakarta Pustaka Jaya,Jakarta, Penerbit Nusa Indah ende, Flores, Gramedia Pustaka utama, Jakrta dan penerbit Kompas, Jakarta.
Cerita Pendek “Ferina” mengisahkan tentang seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun ang memiliki banak talenta, seperti, menari, menyani, mengarang, berpidato, melukis, main piano, dan mengutak-atik mesin mobil ang memutuskan ingin beralih profesi dari menari menjadi seorang wartawan. Prestasi ang diperoleh ketika menjadi seorang wartawan baisa dibanggakan. Bahkan Ferina bersikeras untuk pergi meliput di Palestina, Negara ang sedang mengalami peran, tetapi kedua orang tua Ferina melarang kepergian ferina dengan alasan keselamatan dan masih banyak berita penting yang bisa ditulis tentang negeri ini misalna daerah pedalaman Kalimantan, Maluku, irian Jaa, Sulawesi, dan lain-lain. Pada akhirna Ferina pergi meliput ke daerah-daerah ang disaranjkan oleh ibuna. Tiga tahun profesi menjadi wartawan telah disandang oleh Ferina. Ia telah jatuh cinta pada profesi ini. Tiga tahun ang telah dialuina bagaikan tiga perjalanan tiga hari. Tibalah Ferina dihadapkan pada tugas menulis gosip ang sebenarna sepele, tapi ironisnya tugas inilah ang menjadi tantangan berat bagi Ferina . nagan akhirnya Ferina dapat menelesaikan tangtangan itu, aitu menulis gossip tentan hubungan kisah cinta orang besar dengan istri oarng besar lain. Pada akhirnya Ferina memutuskan mengundurkan diri menjadi wartawan.
Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan ( Ravertz.2007: 12).
Analisis cerpen “ferina” dengan pendekatan mimesis dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1. Sastra sebagai suatu ungkapan atau perwujudan mengenai ”universalia” (konsep-konsep umum) (Luxemburg, dkk, 1984:17).
Makna dari pokok pikiran ini adalah karya sastra menampilkan hal-hal umum yang dapat dimengerti manusia yang ada dalam kenyataan, bisa berupa pikiran, perasaan maupun perbuatan yang khas bagi manusia.
Dalam cerita pendek ferina hal ini tercermin dalam kalimat-kalimat berikut:
a. ”Ia bisa menari, menyanyi, mengarang, berpidato, melukis, main piano, dan mengutak-atik mesin mobil”.
Pada kalimat tersebut tampak bahwa penulis cerita menggunakan kata-kata menari, mengarang, berpidato, melukis, main piano dan lain-lain yang merupakan jenis keterampilan yang dimiliki oleh manusia dalam kenyataan.
b. ”Jadilah Ferina seorang wartawan.”
Pada kalimat tersebut terlihat bahwa penulis cerita menggunakan kata “Wartawan” dimana wartawan adalah orang ang bekerja dan mendapat nahkah sepenuhna dari media massa. Tugas pokoknya sebagai peliput, penyusunan berita, dan menyebarkan berita. Wartawan merupakan salah satu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dalam kenyataan.
C. “Saya ingin menulis investigasi report tentang Palestina, Pak” Katanya kepada pimpinan redaksi majalah itu.
Pada kalimat tersebut memperlihatkan bahea pengarang ingin mengangkat kejadian tentang Palestina. Dimana kejadian itu benar-benar ada dalam kenyataan, Cerita tentang Palestina yaitu Sebuah peperangan akibat sengketa tanah yang tidak berkesudahan. Seakan tak mengenal waktu inilah yang mendasari peperangan Israel dan Palestina. Belum begitu lama diingatan kita, ketika Amerika sebagai Polisi Dunia melalui PBB memberikan pengakuan terhadap kaum Israel (Sekutu yang merupakan perpanjangan tangan Amerika untuk kawasan Timur Tengah) dan memberikan mereka tempat di tanah Arab dekat Jalur Gaza. Namun, nampaknya … apa yang dilakukan Amerika, hanyalah sebagai bentuk Politik Kekuasaan atas tanah yang sangat kaya akan minyak, serta bentuk dukungan kepada Kaum Israel untuk memecah Palestina dan menguasai Daerah tersebut.
d. “untuk tugas di daerah seperti itu wartawan perang yang harus pergi, bukan wartawan pemula seperti kamu.
Pada kutipan cerpen di atas, pengarang menggunakan istilah wartawan perang, di dalam kenyataan khususnya di bidang kewartawanan, wartawan perang Adalah wartawan yang ditugaskan ke garis depan suatu medan pertempuran. Sehingga untuk menjadi wartawan jenis ini harus berani mati karena medan yang mereka hadapi sarat resiko kematian. Mereka berhadapan dengan mesin pembunuh dan para tentara yang kadang tak kenal siapa kawan dan siapa lawan. Oleh karena itu, wartawan pemula masih diragukan untuk pergi ke daerah itu. Seperti halnya dengan Ferina dalam cerita cerpen tersebut.
e. “Mengapa kamu tidak pergi saja ke pedalaman Kalimantan. Mengenal kehidupan saudara-saudaramu di daerah terpencil di tengah hutan belantara di sana?” sambung ibunya.
Pada kutipan cerpen tersebut, pengarang menyajikan latar tempat dan latar peristiwa seperti yang ada pada kenyataan. Daerah pedalaman Kalimantan Pedalaman Kalimantan terutama Kalimantan Timur seperti di kawasan Sungai Kayan, Hulu Bahau atau di Taman Nasional Kayan mentarang kondisi alamnya masih alami di bandingkan kawasan lain. Di sinilah surga bagi satwa liar, kita kadang bisa menyaksikan satwa aliar minum air disepanjang sungai. Satwa yang kita saksikan diantaranya babuy (babi), pelanduk (kancil), payau (kijang), banteng, beruang madu, macan akar, ular dan sebagainya.
Walaupun mereka liar dan hidup bebas di alamnya, kita tidak perlu takut. Karena pada dasarnya satwa-satwa yang hidup di hutan takut manusia, mereka akan menghidari manusia kalau tercium baunya. Demikian juga dengan ular, mereka akan langsung kabur bila jumpa manusia.
Yang perlu diperhatikan disini adalah beberapa serangga yang berbahaya seperti lebah dan penyengat. Bila masuk hutan yg rapat perlu diperhatikan lintasan jalan yg akan dilalui, bila jumpa sarang lebah lebih baik ambil jalan memutar, jangan sampai kita mengganggu apalagi meruak sarang lebah, karena serangan lebah sangat mematikan, bila tidak ditangangi dengan cepat. Sama halnya dengan penyengat, sangat menyakitkan bila terkena badan. Nyamuk banyak di hutan terutama pada sore hari, semakin malam akan berkurang. Membawa lotion anti nyamuk sangat disarankan untuk menahan serangan nyamuk. Lotion nyamuk juga berguna untuk menangkal pacet yg banyak terdapat di areal hutan yang basah dan lembab.
f. “Kemudian ia meminta ditugaskan ke Irian dan Maluku. Setelah itu, Ferina menjelajah Sulawesi, akhirnya Jakarta disapunya bersih dengan laporan-laporan pendek yang memikat.
Pada kutipan cerpen diatas, penamaan latar tempat ang ditulis oleh pengarang memang da pada kenyataan. Misalnya, Irian, Maluku, Sulawesi, Jakarta, kota-kota tersebut merupakan nama-nama provinsi yang ada di Indonesia.
g. “Sebuah kisah tentang hubungan cinta seorang besar dengan seorang wanita, istri seorang besar yang lain.
Pada kutipan cerpen tersebut , pengarang tidak menyertakan nama tokoh/pelaku ang digosipkan. Hal ini sesuai dengan kenyataan tentang Kode etik jurnalistik wartawan Indonesia, dalam Bab II, pasal pasal 8 terntang cara pemberitaan , dimana dikatakan bahwa Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila tidak menyebut nama dan identitas korban.
2. Mimesis tidak semata-matas menjiplak kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif; penyair, sambil bertitik pangkal pada kenyataan, menciptakan sesuatu yang baru (Luxemburg, dkk, 1984:17).
Makna dari pokok pikiran ini adalah dalam melakukan mimesis, seseorang juga menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan sesuatu yang lain namun serupa dengan apa yang ada dalam kenyataan.
Dalam cerita pendek “Ferina”hal ini tercermin dalam kalimat-kalimat berikut:
a. Anehnya, kedua orang besar ang dikisahkan, tetap tutup mulut, begitu pula wanita yang menjalin kisah cinta itu.s
Pada cerpen ini, diceritakan bahwa orang besar yang digosipkan menjalin hubungan dengan istri orang besar lain yang tutup mulut dengan pemberitaannya. Pengarang meniru jenis gossip yang diceritakan dengan kenyataan yang ada. Dimana kisah asmara terlarang orang-orang besar selalu menjadi sorotan public. Tetapi Pengarang memiliki kreatifitas dengan mengubah cerita gossip tersebut, dimana dalam kenyataan orang-orang besar ang digosipkan selalu mengadakan konversi pers untuk membersihkan nama mereka, namun dalam cerpen ini pengarang menceritakan bahwa orang-orang besar yang digosipkan tutup mulut atas pemberitaannya.
b. “gadis cantik dengan tubuh tinggi ramping seperti kamu mestinya jadi peragawati, bukan wartawan,” ujar seorang pengusaha ang diwawancarai Ferina.
Pada kutipan cerpen di atas, pengarang menggambarkan kondisi Fisik Ferina yang merupakan criteria seorang peragawati. Pengarang melihat kenyataan yang ada bahwa untuk menjadi peragawati membutuhkan criteria khusus. Tetapi Pengarang memiliki ide kreatif bahwa Ferina sebagai sosok Feminim dan memiliki postur tubuh bak peragawati berkeinginan menjadi wartawan, padahal sering kita jumpai pada kenyataan ang ada bahwa kebanyakan itu tomboy, karena untuk menjadi wartawan tidak diperlukan criteria fisik.
3. Tidak benar bahwa sebuah teks fiksi menciptakan suatu dunia yang serba baru karena itu akan membuat teksnya tidak dapat dimengerti (Luxemburg, dkk, 1984:21).
Makna dari pokok pikiran ini adalah dunia ciptaan pengarang yang ditemui dalam teks fiksi tidaklah sepenuhnya berbeda dari kenyataan. Dunia yang ada dalam teks fiksi mengandung elemen-elemen yang juga dapat dijumpai dalam kenyataan, hanya saja kadarnya berbeda-beda, ada yang sangat mirip, ada pula yang menyimpang jauh. Pada teks fiksi dengan dunia ciptaan yang menyimpang jauh sekalipun, pembaca tetap dapat memahaminya karena ada elemen-elemen yang sama dengan kenyataan, misalnya interaksi antar tokoh, ruang dan waktu, dll.
Dalam cerita pendek Ferina hal ini tercermin dalam tokoh ferina, seorang wartawan cantik yang memilki segudang talenta. tokoh laki-laki, seorang pengusaha yang sedang, pimpinan Redaksi ang mengarahkan tugas Ferina, seorang pengusaha ang diwawancarai Ferina, tokoh ayah dan ibu dari Ferina yang dengan bijak memberikan nasihat-nasihat kepada ferina dan tokoh kedua orang besar yang digosipkan sedang menjalin kisah perselingkuhan. Dunia yang diciptakan penulis cerita dalam cerita pendek ini tidaklah serba baru karena ketujuh tokoh tersebut juga dapat kita jumpai dalam kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar