Kamis, 07 Juni 2012

Cerita rakyat


Asal-usul Surabaya



Babak I

Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu yang bernama Sura dengan buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi, belum pernah ada yang menanag atau yang kalah. Akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
Ikan Sura     : ”Aku bosan terus-menerus berkelahi”.
Buaya        : “Aku juga Sura, apa yang kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?
(Ikan Sura sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan buaya, maka ikan Sura segera menerangkan rencananya).
Ikan Sura    : Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan    menjadi dua.    Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang aad di daratan. Sebagian batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh laut pada waktu pasang surut.
Buaya    : “ Baik, aku setuju gagasanmu itu’.

BABAK II

Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada lagi perkelahian antara Sura dan buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayahnya masing-masing. Tetapi pada suatu hari, ikan hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar buaya tidak mengetahui, mula-mula hal ini tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari, buaya memergoki perbuatan ikan Sura ini. Buaya sangat marah Karen aikan Sura telah melanggar janjinya.
Buaya                  :”Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua?
(Ikan Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja)
Ikan Sura    :”Aku tidak melanggar kesepakatan kita? Bukannya sungai ini juga air. Bukannya aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air. Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi termasuk juga daerah kekuasaanku!
Buaya    : “Apa? Sungai itu ‘kan tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu di laut, berarti sungai ini adalh daerah kekuasaanku! (Buaya tetap ngotot).
Ikan Sura    : “Tidak bisa, aku ‘kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai.
Buaya    : “ Kau sengaja cari gara-gara Sura?
Ikan Sura    :” Tidak, kukira alasanku cukup kuat dan aku berada di pihak yang benar!
Buaya    : “Kau sengaja mengakaliku, aku tidak sebodoh yang kau kira! (Buaya mulai marah).
Ikan Sura    : “Aku tidak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku! (Sura tetap tak mau kalah).
Buaya    : “Kalau begitu, kamu memnag bermaksud membohongiku? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuasaan paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal, kalau begitu kita berkelahi lagi!
Ikan Sura    :” Ayo, siapa takut! (tantang Sura dengan pongahnya).

Pertarungan sengit antara ikan dan buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menggigit, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali. Dalam pertarungan dahsyat ini,buaya mendapat gigitan ikan Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya ekor itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura tergigit ekornya hinggga hamper putus, lau ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas karena telah dapat mempertahankan kekuasaanya. Pertarungan antara ikan hiu yang bernama Sura dengan buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang kota madya Surabaya yaitu gambar ikan Sura dan buaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar